-->

Jembatan Beton Bertulang

Jembatan Beton Bertulang

Unit Pracetak

Unit pracetak biasanya dibuat di luar lokasi dan dibuat dalam kuantitas yang cukup, sehingga dapat dibenarkan penggunaan acuan yang tahan lama dan bermutu tinggi. Bagian – bagian pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah papan – papan lantai, pelat lantai, gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang (post).

Dalam pekerjaan pracetak, diharapkan adanya keseragaman mutu, bentuk, warna dan penampilan umum, dan ciri – ciri tersebut dipengaruhi oleh kuantitas acuan, jenis minyak acuan dan bahan pelapas acuan, perubahan dalam sifat atau proporsi bahan mentah yang dipakai, jumlah atau jenis getaran, jenis perawatan, umur pada pembongkaran dan bahkan pada perubahan cuaca.

Unit – unit pracetak dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan dan pengangkutan. Jika tersedia alat – alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harus dipakai. Bila titik – titik penyangga pada waktu penumpukan tidak terlihat pada gambar rencana, harus dimintakan nasehat perencana. Penyanggaan pada lebih dari dua titik dapat menyebabkan kerusakan berat. Ketika menumpuk unit serupa, penyangga harus diletakkan satu di atas lainnya dengan tepat. Bahan pembungkus (packing) harus dari bahan tetap (inert), atau kalau dari kayu hard wood (keras) harus dibungkus plastik untuk menghindari kelunturan. Pelendutan (sagging) atau pemuntiran dari unit yang tipis dan panjang mungkin terjadi jika kurang diperhatkan desain system penyangga pada waktu penyimpanan. Gerakan relative penggetar awal (premovement) dan trailer harus dipertimbangkan untuk mencegah keretakan torsi, pecah atau gesekan pada waktu mengangkut unit.

Unit pracetak dipasang dengan menggunakan satu crane atau dua crane.


Cor In Situ

Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Perancah yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir, apabila dilaksanakan pada saat kemungkinan adanya banjir. Kestabilan dan kekuatan perancah sangat dominan. Setelah perancah selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton bertulang.

Acuan dibuat dengan dimensi sesuai dengan Gambar Rencana, mempunyai kelurusan yang baik dan tidak bocor.

Setelah acuan selesai, mulai dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking harus lebih tinggi dari beton yang akan di cor.

Setelah semua baja tulangan selesai dipasang dan acuan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang ada, maka barulah dilakukan pengecoran beton dengan mengacu pada pelaksanaan pekerjaan beton.

Perancah baru boleh dilepas setelah beton mempunyai kuat tekan minimal 85% dari beton karakteristik. Untuk bentang pendek dapat dicor bersama-sama dengan lantai.


Pelat Lantai

a. Acuan

Acuan lantai dapat dilepas atau ditinggal di tempat. Yang ditinggalkan biasanya terbuat dari baja galvanisasi, semen serat kompresi (compressed fibre-cement or concrete) atau beton.

Acuan baja galvanisasi yang akan ditinggal di tempat biasanya merupakan lantai baja trough yang disangga balok memanjang dan gelagar melintang. Bagian bawah dari lantai beton dengan acuan yang ditinggal tidak dapat diperiksa, oleh karena itu perlu perhatian khusus pada waktu pengecoran dan penggetaran beton untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya beton berpori pada bagian bawah.

Lantai kantilever dan trotoar adalah bagian yang paling kelihatan dari jembatan. Gelagar jembatan melendut pada waktu pelat lantai sedang dicor, dan lendutan ini harus diperhitungkan pada waktu memasang acuan pinggir, sehingga pinggir lantai merupakan garis menerus, lurus atau dengan lawan lendut (camber) pada bentang tengah. Acuan lantai harus disangga dari gelagar dan bukan dari tanah, pilar atau kepala jembatan.

Pada waktu lantai dicor, penting untuk melindungi gelagar luar dan landasan terhadap pengaruh momen torsi yang disebabkan oleh perputaran lantai kantilever dan trotoar. Ini dilakukan dengan mengikat bagian atas gelagar menjadi satu dengan batang penguat yang dilas dan perkuatan (strutting) pada permukaan flens bawah.


b. Penulangan

Setelah acuan untuk pelat lantai telah selesai dan diperiksa kekuatannya, pengerjaannya, kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat dipasang. Perlu untuk sering memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah supaya penulangan tidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak, lemak, Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan dari batang sederhana khususnya dan harus dilepas. Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat tidak tercapai.

Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan ujung pengikat harus dijauhkan dari permukaan beton.

Blok adukan dan dudukan (chair) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebih disukai daripada dudukan baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar yang kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas. Bila dudukan dipakai pada posisi horizontal untuk memegang penulangan vertikal kadang – kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.

Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi, atau rusak dengan cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.


c. Urutan Pengecoran

Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
  1. Melintang – dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secara seimbang / teratur.
  2. Memanjang – pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi pada awal, sehingga bila pengerasan awal terjadi beton tidak akan terpengaruh oleh lendutan yang disebabkan pengecoran beton kemudian. 
Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik terendah menuju titik tertinggi.

d. Pengecoran

Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:
  • Periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan sebagainya dibersihkan dari acuan.
  • Menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.
  • Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar pekerjaan dapat berlangsung tanpa melanggar Syarat – syarat Teknik.
  • Memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan (penerangan) bila pengecoran tidak dapat diselesaikan sebelum gelap.
  • Memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – end bila persediaan beton terganggu / terlambat.
  • Memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahan atau beton sesuai dengan Syarat – syarat Teknik.
  • Menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam sehingga beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh lebih dari 1,5 m.
  • Memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yang cukup, termasuk pengetar, dalam kondisi siap pakai.

Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain, dan dapat dicor dengan menggunakan kereta dorong pada jembatan kerja dengan talang, monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh keran atau katrol (hoist), atau dipompa. Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalam acuan sedekat mungkin dengan posisi akhir, sehingga tidak perlu dipindah – pindahkan dengan screed atau penggetar.


Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukan dalam penggetaran untuk menjamin bahwa beton dipadatkan segera setelah dicor. Melalui penggetar dalam (internal) dapat dihasilkan lantai yang padat dan beton yang tahan serta padat disamping dengan menggunakan screed penggetar dan penghalus tangan (hand floating) atau screed tangan dan penghalus mesin (power float).

Bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik akan terjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat dengan cara menyeret sapu kaku secara melintang pada permukaan sebelum mengeras. Timing dari kegiatan ini penting untuk mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan dimulai segera setelah pengerasan awal terjadi.

Perlu pertimbangan tambahan dalam hal flens balok T prategang pracetak merupakan bagian dari pelat lantai. Setelah gelagar telah dipasang diperlukan suatu rangkaian pengisi memanjang (infill). Harus diperhatikan tempat sambungan pelaksanaan antara tepi gelagar pracetak beton pengisi yang dicor. Pinggiran pracetak harus diperkasar pada tempat (yard) pencetakan dan dibasahi segera sebelum beton pengisi dicor. Meskipun dilakukan dengan hati – hati, penyusutan beton dan kelenturan (flexibility) dari bagian prategang yang baru sering mengakibatkan keretakan pada sambungan pelaksanaan, sehingga membrane kedap air sering dipasang pada lantai sebelum pengaspalan.

Pelat lantai beton yang berdampingan dengan hidung sambungan pemuaian harus dicor bersamaan dengan pengecoran lantai utama. Praktek (kebiasaan) meniadakan beton sebatas 300 mm dari sambungan harus tidak diijinkan oleh engineer karena beton yang ditambahkan setelah beton yang utama, tidak dapat disambung dengan memuaskan pada beton lantai utama dan akan timbul masalah dengan sambungan pemuaian pada umur awal bangunan. Hal yang sama berlaku pada peniadaan beton di sekeliling tiang pagar beton pada waktu pengecoran lantai utama.

Praktek (kebiasaan) pemasangan lapisan adukan pada acuan lantai sebelum pengecoran tidak boleh diijinkan . Hal ini mengakibatkan suatu lapisan adukan yang lemah di mana biasanya retak dan terlepas pada tahap awal.


Pembentukan Rongga (Forming Voids)

Rongga diadakan pada bangunan atas jembatan beton untuk penempatan kabel post-tensioning, untuk fasilitas umum, untuk meringankan bangunan, untuk displace beton dekat sumbu netral di mana terdapat sedikit beban, atau memudahkan pencapaian untuk pemeliharaan. Fasilitas umum (services) dapat pula dimasukkan di dalam tabung pipa plastik atau logam yang di tempatkan dalam bangunan atas, di bawah trotoar atau dipasang kemudian pada bagian luar jembatan.

Plastik busa polystyrene cocok untuk membentuk rongga, tujuan diadakannya rongga adalah untuk meringankan bangunan dan busa itu dapat ditingal di tempat, jika diijinkan. Tetapi busa dapat dilepas dengan mudah yaitu dengan kombinasi pemotongan yang dilanjutkan dengan penggunaan pelarut pada pinggir – pinggir yang menempel pada beton. Pembentuk busa juga cocok untuk bukaan akses yang pendek.

Rongga harus dapat mengering sendiri kecuali jika rongga ini tetap terisi penuh bahan yang dipakai untuk pembentukan.

Tergantung pada ukuran, bentuk dan pemakaian, rongga dapat dibentuk dengan pembentuk karton berlilin (wax) atau dengan cara – cara konvensional dengan menggunakan cetakan / pembentuk yang dapat dilepas.


Pembentuk rongga sering terapung pada waktu pengecoran dan oleh karena itu harus ditempel pada tulangan untuk mencegah pengapungan atau terlepas oleh getaran. Rongga lebih besar, atau beberapa rongga kecil dapat menyebabkan pengambangan yang cukup banyak sehingga mengubah bentuk (distoisi) jalinan tulangan, dan oleh sebab itu memerlukan alat penahan yang bebas dari tulangan untuk mengimbangi keadaan itu.

Harus diperhatikan sambungan sambungan pada pembentuk rongga itu, khususnya pada ujung, untuk menjamin kerapatan adukan oleh karena perembesan dapat mengakibatkan hambatan dalam rongga, sehingga akan sulit memasang kabel atau fasilitas pelayanan umum, atau menyebabkan tonjolan (projection) tajam yang dapat merusak kabel dan fasilitas tersebut.

Pada waktu pengecoran harus berhati – hati agar pembentuk rongga tidak mengalami kerusakan, khususnya dengan pemakaian penggetar. Saluran (ducts) fleksibel dapat deformasi (berubah bentuk) menyebabkan tonjolan di dalam dengan akibat menyulitkan kabel listrik atau fasilitas lain. Saluran rigid (kaku) dapat retak dan adukan dapat merembes masuk, sehingga menyebabkan hambatan. Apapun cara pembentukan, harus cukup kaku sehingga tidak akan terjadi pengurangan ukuran rongga.

Share this:

Disqus Comments