-->

Prinsip Umum Manajemen Proyek

Prinsip Umum Manajemen Proyek

Manajemen Proyek merupakan hal penting dalam menjalankan suatu proyek. Dengan adanya Manajemen Proyek maka diharapkan dapat menghasilkan output yang maksimal sehingga tujuan awal dari suatu proyek dapat terwujud. Dalam artikel ini akan dibahas Prinsip Umum Manajemen Proyek dalam pekerjaan konstruksi.

Baca juga: Dasar-dasar Manajemen Proyek

Secara umum, manajemen proyek dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi memiliki dua faktor penting yang perlu diketahui dan diimplementasikan, yaitu faktor fungsi manajemen dan sumber daya.

Fungsi manajemen merupakan suatu sistem perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan serta pengendalian untuk dapat mencapai tujuan-tujuan proyek. Sedangkan sumber daya adalah substansi/obyek yang perlu diberdayakan dan dikelola dalam suatu fungsi manajemen, faktor sumberdaya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material.

Baca juga: Administrasi Proyek, Prosedur & Proses Pelalangan

Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia, ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi manajemen dalam batas waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas.


A. Fungsi Manajemen

Pimpinan dalam suatu proyek semua level dalam melaksanakan manajemen harus melakukan fungsi-fungsi manajemen. Di dalam fungsi-fungsi manajemen ada fungsi organik yang mutlak harus dilaksanakan dan ada fungsi penunjang yang bersifat sebagai pelengkap. Jika fungsi organik tersebut tidak dilakukan dengan baik maka terbuka kemungkinan tidak tercapainya sasaran yang diharapkan.

Baca juga: Prinsip Umum Manajemen Proyek

Menurut George R. Terry, fungsi-fungsi manajemen dirumuskan sebagai POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling).

1. Planning

Planning merupakan proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Baca juga:
Perencanaan Pengadaan Peralatan
Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan atau Oprit

Proses ini adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka perencanaan suatu pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan). Keduanya harus mempunyai konsep planning yang tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses planning yaitu:
  • Permasalahan yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia.
  • Cara/metode dalam mencapai tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.
  • Implementasi rencana ke dalam program kerja yang nyata.
  • Efisiensi waktu yang disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran di seluruh tahapan proyek, mulai dari proses pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi serta FHO (Final hand Over).


2. Organizing

Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu wadah organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.

Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk :
  • menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.
  • membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
  • mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada di dalam kordinasinya.

Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat dilakukan melalui mekanisme :
  • koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),
  • koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan
  • koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi komando).

Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing. Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis:
  • Pelaksana Konstruksi: koordinasi antara General Superintendant dengan Material Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant.
  • Field Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis.

Koordinasi horizontal dan bersifat satu level:
  • Pelaksanaan konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan.
  • Field Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level.


Koordinasi diagonal:
  • Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara Kepala Satuan Kerja Pekerjaan Civil Works dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi vertikal.

3. Actuating

Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk menggerakkan; mengarahkan; dan memberikan motivasi kepada anggota kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Berikut ini beberapa metoda mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R. Terry, yaitu:
  • Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.
  • Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.
  • Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan oleh pegawainya.
  • Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
  • Upayakan memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang diikutinya.
  • Pimpinan perlu menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan.
  • Seorang pimpinan perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih pembenaran atas keputusannya.
  • Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain menjadi naik emosinya.
  • Pimpinan dapat melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.
  • Perlu melakukan pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.


4. Controlling

Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan atau jembatan, controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. General Superintendat berkewajiban melakukan controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor quality assurance. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi.

Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, selain itu secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal controlling ini dapat mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan kontraktor.

Ruang lingkup kegiatan controlling mencakup pengawasan atas seluruh aspek pelaksanaan rencana, antara lain adalah:
  • Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
  • Seluruh sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)
  • Prosedur dan cara kerjanya
  • Kebijaksanaan teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.

Controlling harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan antara rencana dan pelaksanaan, untuk memahami kemungkinan terjadinya penyimpangan.


B. Sumber Daya

1. Manusia

Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung maupun tidak terlibat langsung dengan pekerjaan konstruksi. Tenaga yang terlibat langsung adalah tenaga kerja yang berada pada kelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa), dan kelompok konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”.

Berikut contoh sumber daya manusia yang ada di Owner/Penyedia Jasa, Kontraktor dan Konsultan.

Owner/Penyedia Jasa

- Kepala Satuan Kerja
- Pejabat Pembuat Komitmen

Kontraktor

- General Superintendent
- Site Administration
- Materials Superintendent
- Construction Engineer
- Equipment Superintendent
- Technicians
- Survaior
- Foremen
- Mechanics
- Laborers
- Equipment Operators

Konsultan

- Team Leader
- Co Team Leader
- Highway Engineer
- Pavement & Materials Engineer
- Chief Supervision Engineer
- Site Engineer
- Quantity Engineer
- Quality Engineer
- Inspector
- Quantity Survaior
- Laboratory Technician
- Draftsman


2. Uang

Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen proyek. Ketidakcukupan uang, sulit untuk mengharapkan penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang disepakati antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi pada seluruh kelompok yang terlibat, memerlukan biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak. Jika terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan, biasanya berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh.

Baca juga: Cara Membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya)

Uang sangat penting karena seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi memerlukan pembiayaan, menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian bahan dan material, pengolahan bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa. Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (civil works) bukan semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan perencana, konsultan pengawas dan untuk pengguna jasa dalam suatu kurun waktu yang telah disepakati.


3. Peralatan

Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.

Alat-alat berat. Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berikut contoh jenis peralatan dan fungsinya dikaitkan dengan jenis pelaksanaan pekerjaannya.

Baca juga: Perhitungan Biaya Peralatan

Earth moving equipment

- Bulldozer (crawler, heel)
- Loader (crawler, wheel0
- Motor Grader
- Excavator (crawler, heel)

Compacting Equipment

- Tandem Roller
- Pedestrian Roller
- Vibrating Tamper
- Vibrating Rammer
- Three Wheel Roller
- Tyre (Pneumatic Roller)
- Vibrating Compactor
- Combination Roller
- Sheepfoot Roller

Baca juga: Jenis-jenis Peralatan Pemadat Dan Fungsinya

Paving/Spreading Equipment

- Asphalt Finisher
- Concrete Finisher
- Aggregate / Chip Spreader
- Asphalt Sprayer

Plant Equipment

- Stone Crushing Plant
- Asphalt Mixing Plant
- Concrete Plant / Mixer

Transportation Equipment

- Truck
- Trailer
- Jeep
- Pick Up
- Bus

Hauling Equipment

- Motor Scraper
- Dump Truck

Lifting Equipment

- Crane
- Lift Platform
- Forklift

Drilling / Boring Equipment

- Percusion Drill
- Bore Pile
- Hammer Dril

Piling Equipment

- Pile Hammer (Diesel, Vibro)

Cutting / Milling Equipment

- Soil Stabilizer
- Cutter / Milling Machine
- Groving Equipment
- Asphalt / Concrete Cutter

Supporting Equipment

- Water Tank Truck
- Fuel Tank Truck
- Generating Set
- Air Compressor
- Water Pump

Baca juga:
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B
Pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Peralatan Laboratorium. Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh kontraktor. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi. Berikut contoh peralatan laboratorium dan penggunaannya dalam pengujian.

Peralatan yang digunakan pada Pengujian Pekerjaan tanah

- Sampling for soil tests
- Atterberg Limit Soil Classification Tests for Soils
- Liquid Limit Test
- Plastic Limit Test
- CBR Test for Soils

Peralatan yang digunakan pada Pengujian Pekerjaan Pondasi dan pondasi bawah

- Sampling of aggregate base and sub-base
- Atterberg limits for aggregate base and sub-base
- Particle size analysis tests
- Extent of Fractured Faces Test
- Los Angeles Abrasion Test
- Moisture density test for aggregate base and sub-base
- California Bearing Value Test for aggregate base and sub-base
- Compaction control

Peralatan yang digunakan pada Pengujian Pekerjaan Aspal campuran panas

- Sampling and mechanical soundness tests
- Particle size analysis test
- Sodium sulphates soundness test
- Coating and stripping of bitumen aggregate mixtures
- Specific gravity of course and fine aggregate
- Mineral filler Marshall Testing
- Testing for asphalt mix design and plant control
- Testing of bitumen


Baca juga:
Perencanaan Pengadaan Peralatan
Pengoperasian Peralatan Proyek
Perhitungan Biaya Peralatan
Manajemen Peralatan

4. Bahan

Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di dalam dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam perhitungan biaya pekerjaan konstruksi sangat besar.

Oleh karena itu lokasi bahan baku perlu secara cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia, memenuhi syarat menjadi bahan olahan. Survey untuk mendapatkan informasi lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat sebagai masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap pelaksanaan pekerjaan.

Baca juga: Biaya Operasional dan Kepemilikan Alat Berat

Share this:

Disqus Comments